27.8.08

Musik Underground sebagai media Pembangkangan Kaum Muda

Musik adalah seni, bila orang awam yang menilainya. Kadang ada juga yang berpikir tanpa melihat atau peduli jenis musik apa yang akan dimainkan atau apa konsep musiknya. Tapi buat orang-orang yang menamakan dirinya atau sering disebut dengan komunitas underground, arti musik buat mereka tidak hanya sebatas itu. Memang mereka juga menganggap musik sebagai sebuah karya seni, tapi selain itu mereka juga menjadikan musik yang mereka mainkan sebagai alat untuk menyampaikan protes, kritik, kemarahan, dan kemuakan mereka terhadap peraturan-peraturan yang ada, termasuk sistem dan norma-norma yang ada di keluarga, masyarakat, agama, dan pemerintah. Mereka mengemas semua itu dengan musik yang kencang, berisik, dan berat dipadu dengan lirik yang kritis.

Sampai saat ini, belum ada defenisi yang kompak tentang apa itu underground. Karena tiap undergrounders (sebutan untuk musisi, penggemar, atau orang-orang yang peduli dengan underground) pasti punya jawaban masing-masing yang berbeda tentang underground. Musik underground itu lahir karena rasa jenuh dengan tren musik yang cengeng dan hampir semuanya membahas soal cinta. Akhirnya muncullah anak-anak muda yang benar-benar tidak peduli musik mereka laku atau tidak, disukai orang banyak atau tidak, yang penting mereka bisa menyalurkan aspirasi mereka melalui musik yang keras itu.

Tidak jelas kapan tepatnya musik underground lahir di Indonesia. Tapi yang pasti, musik underground d Indonesia muncul sebagai imbas dari tren musik Trash Metal di akhir tahun 80-an. Pada waktu itu “demam” Trash Metal sedang melanda remaja-remaja di dunia, yang dimotori oleh band-band cadas, seperti : METALLICA dan SEPULTURA. Dan akhirnya “demam” itupun sampai juga di Indonesia pada tahun 1987, yang jadi awal perkembangan metal di Indonesia, dan ditandai juga dengan munculna band-band metal lokal, seperti : ROTOR, SUCKERHEAD, ROXX, dsb. Tapi yang namanya tren, pastilah ada pasang surutnya. Hingga kemudian tren musik Trash Metal pun meredup dan hampir tak terdengar lagi.

Lalu di awal tahun 90-an, dunia musik Indonesia dihentakkan lagi dengan fenomena banyaknya bermunculan band-band cadas di kota-kota besar, seperti : Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, dsb. Dan mereka sepakat menyebut komunitas band dan musik mereka sebagai Underground, dengan jakarta dan Bandung sebagai basis terbesar komunitas underground pada masa itu. Komunitas yang didominasi oleh anak-anak muda penuh energi pemberontakan dan pembangkangan terhadap sistem dna norma-norma yang ada di masyarakat, dimana musik menjadi media penyaluran aspirasi mereka dan lirik sebagai senjatanya. Dalam sejarah kelahirannya, underground merupakan sebuah sikap yang berpihak terhadap perjuangan kaum tertindas dan anti kemapanan. Underground menyiratkan perlawanan dan muncul sebagai bentuk rasa ketidakpuasan terhadap tatanan sistem yang ada. Ketidakadilan, penindasan, dan kesewenangan merupakan sebagian kecil dari kebobrokan sistem yang kemudian melahirkan ide-ide dan ekspresi menyatu sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang ada saat ini.

Salah satu contoh band underground yang selalu menyuarakan pemberontakan dari awal berdirinya sampai sekarang adalah FORGOTTEN, yang berasal dari Ujung Berung - Bandung. Yang selalu mengundang kontradiksi bagi semua pihak dari lirik dan musiknya yang selalu mengundang adrenalin. Kemudian ada lagi HOMICIDE, band underground hip-hop yang selalu berorasi setiap kali manggung dan tidak jarang personil-personilnya ikut berdemonstrasi turun ke jalan, sebagai realisasi dari lirik-lirik protes mereka kepada pemerintah. Belum lagi nama-nama seperti KEPARAT, BALCONY, SERINGAI, BURGERKILL, KOMUNAL, dsb. Meski berbeda aliran musiknya, tapi intinya mereka tetap memainkan musik yang keras, dibalut dengan lirik-lirik yang kritis dan cerdas.

Itulah sedikit cerita tentang kaum underground yang berawal dari pembangkangan tapi lambat laun mereka mulai menuai sukses. Walaupun tren musik berganti dari tahun ke tahun, tapi underground tidak akan pernah mati, karena selama masih ada pemberontakan dalam diri anak muda, maka selama itu jugalah underground akan terus hidup.

Tidak ada komentar: